Selasa, 11 November 2008

saya men-JADI PNS : antara pengembala dan pendidikan

<< sebelum nulis postingan ini sebenarnya sudah dapat idenya... tapi waktu nulis, pekerjaan dikantor sedang banyak... ya, konsentrasi dan ide-nya hilang... isnyaAllah tulisan ini, semoga bisa menjadi inspirasi buat rekan2 >>>



Dulu sebelum hari itu, hari dimana diumumkan saya diterima sebagai seorang PNS. Ya, (walau) jadi seorang PNS. Saya hanyalah seorang biasa seperti teman2 yang lain. Seorang pengembala kambing, yang menempuh pendidikan di salah satu SMA terfavorit di kota kelahiran saya.
Saya yang selalu dicibir oleh tetangga (yang tidak suka), sekolah SMA mau jadi apa katanya? Mending sekolah STM, lulus bisa langsung kerja?, kata mereka. Tapi dengan cuma cibiran seperti itu, tidak mengendurkan niat saya untuk tetap sekolah di SMA. Menurut kebanyakan orang, orang sekolah SMA paling gak bisa apa kalo gak kuliah. Saya (menurut pandangan kita, manusia) di kampung termasuk anak miskin. Setelah ibu meninggal dan ayah menikah lagi, saya di Bothok (nama kampung saya) sendirian. Rumah, tempat berteduh walau kecil (dan itu saja tanah pemerintah) dijual ayah. Lalu saya ikut mbah. Setiap habis pulang sekolah saya langsung mengembala kambing kakek.
Dan malam harinya tidur di mushola dekat balai desa. Karena tidur di mushola pun, tetangga saya banyak yang tidak senang. Padahal saya tidak menganggu mereka.(iya kan). Tapi gak apa2, terima aja kok.
Lulus dari SMA, seperti teman yang lain ingin kuliah sih. Walau dengan kondisi ekonomi orang tua yang kurang, tapi semangat dan niat saya untuk kuliah tetap ada.
Pokoknya tetap optimis aja, nanti juga ada jalan. cari beasiswa kan banyak kalau dah kuliah, itulah pikiran saya.
Nyoba ikut ujian SPMB, siapa tahu bisa diterima? Tahun 2002, saat mendaftar SPMB saya inginnya sih kuliah di UGM, jurusan Teknik Sipil. (Sapa sih yang gak mau kuliah disana, UGM booook). Untuk pilihan kedua saya pilih UNS jurusan teknik sipil juga. (hebat gak sih). Tapi, waktu pengumuman nama saya tidak ada dalam daftar calon mahasiswa diterima di kedua universitas tersebut. Kecewa sih, tapi harus sampai kapan kecewa.
Tapi dalam hati saya berpikir bahwa hidup itu tidaklah selalu seperti yang kita harapkan. Waktu lulus SD dulu, saya bisa memilih kemana saya mau sekolah. Tinggal pilih dan daftar pasti diterima. Maklum walau tidak terbaik, tapi nilai ijasah saya gak kalah kok bersaing dengan anak2 dari SD kota. Dari SD desa, SD mojodoyong I saya memilih SMP N 2 Sragen (dekat kantor sekarang..jadi bisa lihat SMP tercinta terus).
Sama seperti lulus SD dulu, setelah lulus SMP saya juga bisa bebas memilih kemana saya mau melanjutkan SMA (atau bahkan STM). Saya sih inginnya, SMA N 3 surakarta (sekolah favorit, katanya sih), tapi karena pertimbangan jarak dan biaya dengan sangat terpaksa orang tua dan kakek saya tidak mengijinkan. Daftar di SMA N 1 Sragen itu juga saya sendiri. Dan Alhamdulillah diterima.....
Sekarang saat ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, kuliah.... Ya, memang hidup tidaklah harus lurus terus... Kita harus tahu dan siap untuk itu.

<< bersambung ya..... >>

Tidak ada komentar: