Jumat, 12 Desember 2008

Tulisan Untuk Sahabat : Sebuah Renungan (3)

Pada tulisan/postingan yang kedua, sebelum ini merupakan bagian mohon untuk diresapi dan diilhami ya? Karena saya hanya bisa menyampaikan lewat tulisan ini dan semoga menjadi contoh buat engkau teman....
MARYAM atau MARIA, apakah engkau kenal teman?
ISA Bin MARYAM, atau ISA PUTRA MARYAM, jadi MARYAM adalah nama ibunda Nabi ISA A.S, (yang oleh orang Kritiani dan Katholik dianggap sebagai Tuhan mereka). Atau juga Q.S Maryam, berarti Al-Quran Surat MARYAM, yang disitu diceritakan secara gamblang siapa sebenarnya ISA dan MARYAM ibunya.
Saya tahu, engkau bukan MARIA seperti dalam cerita ini atau MARYAM. Tetapi ingat, MARYAM (Ibu Nabi ISA) juga pernah mendapat tekanan yang luar biasa atas kepercayaan dan kehamilannya saat mengandung ISA.
Engkau hanya seorang biasa, bukan siapa2. Yang merasa terzalimi oleh ketidakadilan dan ketidakberpihakan orang terdekat untuk mendukung suatu keyakinan yang benar. Suatu agama fitrah, Agama Nabi IBRAHIM, ISMAIL, ISHAK, ISA dan MUHAMMAD. AGAMA ALLAH, AGAMA ISLAM....

Saya lanjutkan copy-an dari Ayat-ayat Cinta

Tapi aku masih menganggapnya aneh. Bahkan misterius. Ia gadis yang sangat cerdas. Nilai ujian akhir Sekolah Lanjutan Atasnya adalah terbaik kedua tingkat nasional Mesir. Ia masuk Fakultas Komunikasi, Universitas Cairo. Dan tiap tingkat selalu meraih predikat mumtaz atau cumlaude. Ia selalu terbaik di fakultasnya. Ia pernah ditawari jadi reporter Ahram, koran terkemuka di Mesir. Tapi ia tolak. Ia lebih memilih jadi penulis bebas. Ia memang gadis Koptik yang aneh. Menurut pengakuannya sendiri, ia paling suka dengar suara azan, tapi pergi ke gereja tidak pernah ia tinggalkan. Sekali lagi, ia memang gadis Koptik yang aneh. Aku tidak tahu jalan pikirannya. Selama ini, aku hanya mendengar dari bibirnya yang tipis itu hal-hal yang positif tentang Islam. Dalam hal etika berbicara dan bergaul ia terkadang lebih Islami daripada gadis-gadis Mesir yang mengaku muslimah. Jarang sekali kudengar ia tertawa cekikikan. Ia lebih suka tersenyum saja. Pakaiannya longgar, sopan dan rapat. Selalu berlengan panjang dengan bawahan panjang sampai tumit. Hanya saja, ia tidak memakai jilbab. Tapi itu jauh lebih sopan ketimbang gadis-gadis Mesir seusianya yang berpakaian ketat dan bercelana ketat, dan tidak jarang bagian perutnya sedikit terbuka. Padahal mereka banyak yang mengaku muslimah.
Maria suka pada Al-Qur’an. Ia sangat mengaguminya, meskipun ia tidak pernah mengaku muslimah. Penghormatannya pada Al-Qur’an bahkan melebihi beberapa intelektual muslim. Ia pernah cerita, suatu kali ia ikut diskusi tentang aspek kebahasaan Al-Qur’an di Fakultas Sastra Universitas Cairo. Pemakalahnya adalah seorang doktor filsafat jebolan Sorbonne Perancis. Maria merasa risih sekali dengan kepongahan doktor itu yang mengatakan Al-Qur’an tidak sakral karena dilihat dari aspek kebahasaan ada ketidakberesan.
Doktor itu mencontohkan dalam Al-Qur’an ada rangkaian huruf yang tidak diketahui maknanya. Yaitu, alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin, thaaha nuun, kaf ha ya ‘ain shaad, dan sejenisnya. Maria berkata padaku, “Fahri, aku geli sekali mendengar perkataan doktor dari Sorbonne itu. Dia itu orang Arab, juga muslim, tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu. Aku saja yang Koptik bisa merasakan betapa indahnya Al-Qur’an dengan alif laam miim-nya. Kurasa rangkaian huruf-huruf seperti alif laam miim, alif laam ra, haa miim, yaa siin, nuun, kaf ha ya ‘ain shaad adalah rumus-rumus Tuhan yang dahsyat maknanya. Susah diungkapkan maknanya, tapi keagungannya bisa ditangkap oleh mereka yang memiliki cita rasa bahasa Arab yang tinggi.
Jika susunan itu dianggap sebagai suatu ketidakberesan, orang-orang kafir Quraisy yang sangat tidak suka pada Al-Qur’an dan memusuhinya sejak dahulu tentu akan mengambil kesempatan adanya ketidakberesan itu untuk menghancurkan Al-Qur’an. Dan tentu mereka sudah mencela bahasa Al-Qur’an habis-habisan sepanjang sejarah. Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Mereka mengakui keindahan bahasanya yang luar biasa. Mereka menganggap bahasa Al-Qur’an bukan bahasa manusia biasa tapi bahasa yang datang dari langit. Jadi kukira doktor itu benar-benar stupid. Tidak semestinya seorang doktor sekelas dia mengatakan hal seperti itu.
Aku lalu menjelaskan kepada Maria segala hal berkaitan dengan alim laam miim dalam Al-Qur’an. Lengkap dengan segala rahasia yang digali oleh para ulama dan ahli tafsir. Maknanya, hikmahnya, dan pengaruhnya dalam jiwa. Juga kuterangkan bahwa pendapat Maria yang mengatakan huruf-huruf itu tak lain adalah rumus-rumus Tuhan yang maha dahsyat maknanya, dan hanya Tuhan yang tahu persis maknanya, ternyata merupakan pendapat yang dicenderungi mayoritas ulama tafsir. Maria girang sekali mendengarnya.
“Wah pendapat yang terlintas begitu saja dalam benak kok bisa sama dengan pendapat mayoritas ulama tafsir ya?” komentarnya sambil tersenyum bangga.
Aku ikut tersenyum.
Di dunia ini memang banyak sekali rahasia Tuhan yang tidak bisa dimengerti oleh manusia lemah seperti diriku. Termasuk kenapa ada gadis seperti Maria. Dan aku pun tidak merasa perlu untuk bertanya padanya kenapa tidak mengikuti ajaran Al-Qur’an. Pertanyaan itu kurasa sangat tidak tepat ditujukan pada gadis cerdas seperti Maria. Dia pasti punya alasan atas pilihannya. Inilah yang membuatku menganggap Maria adalah gadis aneh dan misterius. Di dunia ini banyak sekali hal-hal misterius. Masalah hidayah dan iman adalah masalah misterius. Sebab hanya Allah saja yang berhak menentukan siapa-siapa yang patut diberi hidayah. Abu Thalib adalah paman nabi yang mati-matian membela dakwah nabi. Cinta nabi pada beliau sama dengan cinta nabi pada ayah kandungnya sendiri.
Tapi masalah hidayah hanya Allah yang berhak menentukan. Nabi tidak bisa berbuat apa-apa atas nasib sang paman yang amat dicintainya itu. Juga hidayah untuk Maria. Hanya Allah yang berhak memberikannya. Mungkin, sejak azan berkumandang Maria telah membuka daun jendela kayunya. Dari balik kaca ia melihat ke bawah, menunggu aku keluar. Begitu aku tampak keluar menuju halaman apartemen, ia membuka jendela kacanya, dan memanggil dengan suara setengah berbisik. Ia tahu persis bahwa aku dua kali tiap dalam satu minggu keluar untuk talaqqi Al-Qur’an. Tiap hari Ahad dan Rabu. Berangkat setelah azan zhuhur berkumandang dan pulang habis Ashar. Dan ini hari Rabu. Seringkali ia titip sesuatu padaku.
Biasanya tidak terlalu merepotkan. Seperti titip membelikan disket, memfotocopykan sesuatu, membelikan tinta print, dan sejenisnya yang mudah kutunaikan. Banyak toko alat tulis, tempat foto copy dan toko perlengkapan komputer di Hadayek Helwan. Jika tidak ada di sana, biasanya di Shubra El-Khaima ada. Suhu udara benar-benar panas. Wajar saja Maria malas keluar. Toko alat tulis yang juga menjual disket hanya berjarak lima puluh meter dari apartemen. Namun ia lebih memilih titip dan menunggu sampai aku pulang nanti. Ini memang puncak musim panas. Laporan cuaca meramalkan akan berlangsung sampai minggu depan, rata-rata 39 sampai 41 derajat celcius. Ini baru di Cairo. Di Mesir bagian selatan dan Sudan entah berapa suhunya. Tentu lebih menggila. Ubun-ubunku terasa mendidih.
Panggilan iqamat terdengar bersahut-sahutan. Panggilan mulia itu sangat menentramkan hati. Pintu-pintu meraih kebahagiaan dan kesejahteraan masih terbuka lebar-lebar. Kupercepat langkah. Tiga puluh meter di depan adalah Masjid Al-Fath Al-Islami. Masjid kesayangan. Masjid penuh kenangan tak terlupakan. Masjid tempat aku mencurahkan suka dan deritaku selama belajar di sini. Tempat aku menitipkan rahasia kerinduanku yang memuncak, tujuh tahun sudah aku berpisah dengan ayah ibu. Tempat aku mengadu pada Yang Maha Pemberi rizki saat berada dalam keadaan kritis kehabisan uang. Saat hutang pada teman-teman menumpuk dan belum terbayarkan. Saat uang honor terjemahan terlambat datang. 16 Tanda bahwa shalat berjamaah segera didirikan.

Tempat aku menata hati, merancang strategi, mempertebal azam dan keteguhan jiwa dalam perjuangan panjang. Begitu masuk masjid... Wusss! Hembusan udara sejuk yang dipancarkan lima AC dalam masjid menyambut ramah. Alhamdulillah. Nikmat rasanya jika sudah berada di dalam masjid. Puluhan orang sudah berjajar rapi dalam shaf shalat jamaah. Kuletakkan topi dan tas cangklongku di bawah tiang dekat aku berdiri di barisan shaf kedua. Kedamaian menjalari seluruh syaraf dan gelegak jiwa begitu kuangkat takbir. Udara sejuk yang berhembus terasa mengelus-elus leher dan mukaku. Juga mengusap keringat yang tadi mengalir deras. Aku merasa tenteram dalam elusan kasih sayang Tuhan Yang Mahapenyayang. Dia terasa begitu dekat, lebih dekat dari urat leher, lebih dekat dari jantung yang berdetak.

..... tunggu lagi kelanjutannya......

*) maaf, kalo teman sudah punya Novel Ayat-Ayat Cinta mohon dibaca pada Bagian 1, Gadis Itu Bernama Maria dan Bagian 29, Nyanyian dari Syurga.

InsyaALLAH bermanfaat buat kami engkau teman, Karena HIDAYAH itu datang dari ALLAH, kami hanya bisa menunjukkan yang terbaik buat engkau.... semoga engkau mau menerimanya.....

Untuk baca digital e-book, bisa kunjungi laksana-aisha.blogspot.com, khusus Ayat-Ayat Cinta pada LINK berikut....Ayat-ayat Cinta, atau scribd pada link http://www.scribd.com/doc/7600136/Novel-Ayat-Ayat-Cinta

Tidak ada komentar: