Jumat, 12 Desember 2008

Tulisan Untuk Sahabat : Sebuah Renungan (2)

(sambungan dari halaman sebelumnya)

Aku cepat-cepat melangkah ke jalan menuju masjid untuk shalat zhuhur. Panasnya bukan main.
Gadis Mesir itu, namanya Maria. Ia juga senang dipanggil Maryam. Dua nama yang menurutnya sama saja. Dia puteri sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat. Bisa dikatakan, keluarga Maria adalah tetangga kami paling akrab. Ya, paling akrab. Flat atau rumah mereka berada tepat di atas flat kami. Indahnya, mereka sangat sopan dan menghormati kami mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al Azhar.
Maria gadis yang unik. Ia seorang Kristen Koptik atau dalam bahasa asli Mesirnya qibthi, namun ia suka pada Al-Qur’an. Ia bahkan hafal beberapa surat Al-Qur’an. Di antaranya surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa bangga. Aku mengetahui hal itu pada suatu kesempatan berbincang dengannya di dalam metro. Kami tak sengaja berjumpa. Ia pulang kuliah dari Cairo University, sedangkan aku juga pulang kuliah dari Al Azhar University. Kami duduk satu bangku. Suatu kebetulan. “Hei namamu Fahri, iya ‘kan?”
“Benar.”
“Kau pasti tahu namaku, iya ‘kan?”
“Iya. Aku tahu. Namamu Maria. Puteri Tuan Boutros Girgis.”
“Kau benar.”
“Apa bedanya Maria dengan Maryam?”
“Maria atau Maryam sama saja. Seperti David dengan Daud. Yang jelas namaku tertulis dalam kitab sucimu. Kitab yang paling banyak dibaca umat manusia di dunia sepanjang sejarah. Bahkan jadi nama sebuah surat. Surat kesembilan belas, yaitu surat Maryam. Hebat bukan?”
“Hei, bagaimana kau mengatakan Al-Qur’an adalah kitab suci paling banyak dibaca umat manusia sepanjang sejarah? Dari mana kamu tahu itu?” selidikku penuh rasa kaget dan penasaran.
“Jangan kaget kalau aku berkata begitu. Ini namanya objektif. Memang kenyataannya demikian. Charles Francis Potter mengatakan seperti itu. Bahkan jujur kukatakan, ‘Al-Qur’an jauh lebih dimuliakan dan dihargai daripada kitab suci lainnya. Ia lebih dihargai daripada Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Pendeta J. Shillidy dalam bukunya The Lord Jesus in The Koran memberikan kesaksian seperti itu.
Dan pada kenyataannya tak ada buku atau kitab di dunia ini yang dibaca dan dihafal oleh jutaan manusia setiap detik melebihi Al-Qur’an. Di Mesir saja ada sekitar sepuluh ribu Ma’had Al Azhar. Siswanya ratusan ribu bahkan jutaan anak. Mereka semua sedang menghafalkan Al-Qur’an. Karena mereka tak akan lulus dari Ma’had Al Azhar kecuali harus hafal Al-Qur’an. Aku saja, yang seorang Koptik suka kok menghafal Al-Qur’an. Bahasanya indah dan enak dilantunkan,” cerocosnya santai tanpa ada keraguan.
“Kau juga suka menghafal Al-Qur’an? Apa aku tidak salah dengar?” heranku.
“Ada yang aneh?”
Aku diam tidak menjawab.
“Aku hafal surat Maryam dan surat Al-Maidah di luar kepala.”
“Benarkah?”
“Kau tidak percaya? Coba kau simak baik-baik!” Maria lalu melantunkan surat Maryam yang ia hafal. Anehnya ia terlebih dahulu membaca ta’awudz dan basmalah. Ia tahu adab dan tata cara membaca Al-Qur’an. Jadilah perjalanan dari Mahattah Anwar Sadat Tahrir sampai Tura El-Esmen kuhabiskan untuk menyimak seorang Maria membaca surat Maryam dari awal sampai akhir. Nyaris tak ada satu huruf pun yang ia lupa. Bacaannya cukup baik meskipun tidak sebaik mahasiswi Al Azhar. Dari Tura El-Esmen hingga Hadayek Helwan Maria mengajak berbincang ke mana-mana. Aku tak menghiraukan tatapan orang-orang Mesir yang heran aku akrab dengan Maria. Itulah Maria, gadis paling aneh yang pernah kukenal. Meskipun aku sudah cukup banyak tahu tentang dirinya, baik melalui ceritanya sendiri saat tak sengaja bertemu di metro, atau melalui cerita ayahnya yang ramah.

Tidak ada komentar: